https://ojs.sttaa.ac.id/index.php/JAA/issue/feedJurnal Amanat Agung2025-05-09T03:23:41+00:00Yeremia Yordani Putrayeremia.putra@sttaa.ac.idOpen Journal Systems<p>Jurnal Amanat Agung (selanjutnya, Jurnal AA) adalah jurnal berbasis <em>peer-review</em> yang diterbitkan oleh STT Amanat Agung dua kali setahun pada Juni dan Desember. Jurnal AA diterbitkan dalam rangka turut mengembangkan dan memajukan penelitian di bidang ilmu teologi, yang mencakup sub-bidang biblika, sistematika, historika, dan praktika, termasuk pendidikan Kristen, musik gerejawi, serta studi interkultural.</p>https://ojs.sttaa.ac.id/index.php/JAA/article/view/662MIMESIS DAN TEOSIS DALAM INJIL YOHANES2025-04-21T06:47:24+00:00Armand Barusarmand_barus@sttaa.ac.id<p>Salah satu perkembangan terakhir dalam studi Injil Yohanes adalah munculnya diskusi tentang etika Yohanes. Etika Yohanes yang sebelumnya diabaikan kini telah mendapat perhatian para ahli. Perubahan radikal itu disebabkan terutama dengan terbitnya monografi berjudul <em>Rethinking the Ethics of John</em> tahun 2012. Konsep mimesis yang dipahami banyak ahli biblika sebagai salah satu pilar penting dalam konstruksi etika PB ditelaah keberadaannya dalam Injil Yohanes. Telaah itu telah dilakukan oleh Cornelis Bennema dengan meneliti konsep mimesis dalam Injil Yohanes. Penelitian Cornelis Bennema telah menghasilkan temuan bahwa konsep mimesis adalah pusat etika Yohanes. Sebagai lanjutan terhadap penelitian Cornelis Bennema, artikel ini melakukan kajian terhadap hubungan konsep mimesis dan teosis dalam Injil Yohanes. Artikel ini dengan menggunakan metode eksegesis teologis mengusulkan bahwa mimesis terkait erat dengan teosis.</p>2025-04-21T00:00:00+00:00Copyright (c) 2024 Jurnal Amanat Agunghttps://ojs.sttaa.ac.id/index.php/JAA/article/view/651PROVIDENSIA ALLAH DALAM CATATAN PENIPUAN EHUD: 2025-04-28T03:48:59+00:00Andre Malauandremalaupinohmelawi@gmail.comDonny Novi Corputtydonnycorputty811@gmail.com<p>Kisah Ehud sebagai Hakim terpilih menimbulkan polemik terhadap doktrin providensia Allah, yaitu adanya catatan penipuan Ehud dalam membunuh Raja Eglon. Penipuan Ehud dalam menjalankan tugas sebagai Hakim yang dipilih Allah sangat kontradiktif dengan natur Allah sebagai kebenaran yang tidak mungkin menipu. Metode yang digunakan dalam penelitian ini ialah analisis kualitatif dengan metode hermeneutik. Secara spesifik menggunakan kajian narasi sebagai bentuk murni teks Hakim-Hakim 3:12-30. Hasil kajian narasi Hakim-Hakim 3:12-30 ialah keberhasilan Ehud dalam konteks providensia Allah bagi Israel selaras dengan penggambaran Eglon seorang tiran yang rakus akan kekuasaaan sehingga layak dihukum Allah. Kesimpulan yang diperoleh ialah Narasi dalam Hakim-Hakim 3:12-30 dengan konsisten memperlihatkan providensia Allah bagi umat-Nya.</p>2025-04-28T03:47:38+00:00Copyright (c) 2024 Jurnal Amanat Agunghttps://ojs.sttaa.ac.id/index.php/JAA/article/view/657APAKAH BERAGAMA ITU SEHARUSNYA MEMILIKI MOTIF ATAU TIDAK? 2025-05-09T03:23:41+00:00Minggus Minarto Pranotominggusminarto@gmail.com<p>Tulisan ini mendiskusikan pemikiran dua teolog yaitu A. Van de Beek dan Martin Luther King, Jr. mengenai: “Apakah agama itu seharusnya memiliki motif tersembunyi (<em>ulterior motive</em>) atau tidak?” Motif adalah alasan untuk melakukan sesuatu. Van de Beek menegaskan bahwa Gereja tidak perlu memiliki motif apa pun selain hanya berfokus kepada Allah saja. Karena dikuatirkan jika Gereja berurusan dengan persoalan-persoalan dunia seperti memperjuangkan pembebasan, emansipasi, transformasi sosial, kesehatan dan kejayaan, dan seterusnya maka Gereja dipengaruhi dengan motif tersembunyi yang salah dan menyesatkan. Gereja harus semurni mungkin dengan menjaga hidupnya yang terarah kepada Tuhan Allah saja. Sebaliknya King berkata jika Gereja ingin menjadi relevan maka mesti terlibat dengan pergumulan dunia ini. Tidak dibenarkan Gereja berpangku tangan sekadar menunggu perubahan di dalam waktu terhadap suatu tatanan sosial yang lebih baik. Gereja dalam kuasa Tuhan mesti peka dan berbela rasa terhadap masalah keadilan sosial. Gereja harus berjuang untuk menghadirkan tanda-tanda Kerajaan Allah. Metode yang dipakai dalam tulisan ini melalui memaparkan pandangan dua teolog di atas dan mendialogkannya serta kemudian menyajikan kesimpulan melalui memaparkan pendapat penulis. Pernyataan tesisnya adalah Gereja mesti tetap menjadi relevan dalam panggilan-Nya sembari tetap menjaga kemurnian motifnya melalui menyatakan karya-karyanya seturut dengan Kerajaan Allah.</p>2025-05-09T03:23:02+00:00Copyright (c) 2024 Jurnal Amanat Agung